Kabupaten Bulukumba terletak di ujung paling selatan Semenanjung Sulawesi Selatan, atau sekitar 153 km dari selatan kota Makassar. Bulukumba dianugrahi alam yang indah dan menyimpan keajaiban menawan tersembunyi di pantai dan bawah lautnya. Bahkan berinteraksi dengan wajah-wajah baru masyarakat setempat yang berbudaya maritim adalah hal yang akan sangat berkesan bagi Anda nantinya.
Kabupaten Bulukumba dikenal juga sebagai Butta Panrita Lopi atau “Bumi Pembuat Pinisi ". Masyarakat Bulukumba memang sejak dahulu memiliki keahlian sebagai pembuat ulung kapal layar pinisi yang merupakan kebanggaan orang Bugis. Hingga saat ini keterampilan mereka bahkan didengar dan dihargai oleh berbagai pihak dari mancanegara.
Menurutnaskah kuno “I La Galigo”, kapal layar pinisi sudah menjadi tradisi sejak abad ke-14. Kapal layart radisional tersebut sebagian besar dibuat didaerah yang disebut Tanah Beru, terletak sekitar 23 km dari ibukota Bulukumba, atau 176 kilometer dari Makassar.
Di sepanjang bibir pantai Tanah Beru, Anda akan melihat puluhan dermaga tempat di mana kapal layar pinisi dibuat oleh tangan-tangan handal bermodalkan ilmu kearifan lokal yang diwariskan. Tangan trampil orang Bugis dengan jiwa seni yang luar biasa membangun kapal layar pinisi sehingga menjadi ikon pelaut Indonesia.
Kapal layar Pinisi dikonstruksi menggunakan peralatan tradisional dengan teknik tradisional yang sudah di wariskan dari generasi ke generasi. Pembagunan kapal layar ini tidak hanya menggunakan kekuatan dan teknik semata. Penduduk setempat percaya, kekuatan supranatural juga berada dibalik pembangunan kapal megah tersebut. Di setiap tahap pembuatan pinisi memerlukan ritual dan upacara yang harus dipatuhi.
Informasi lanjut mengenai pembangunan kapal layar pinisi dapat ditemukan di laman Kapal Layar Bugis Pinisi
“Melihat kapal layar pinisi yang megah sedang dibangun, berinteraksi dengan masyarakat tradisional, menikmati pantai berpasir putih, atau menjelajahi keindahan bawah lautnya adalah pengalaman luar bisa dapat Anda peroleh selama di Bulukumba,Sulawesi Selatan.”
Kata"bulukumba" sendiri diyakini berasal dari frasa Bugis yaitu "bulu'ku mupa", yang diterjemahkan,“masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya". Nama tersebut muncul abad ke-17, ketika perang antara kerajaan Gowa dan Bone pecah. Saat itu Gunung Lompobattang yang dikenal sebagai "Bengkeng Buki" diklaim oleh Kerajaan Gowa. Kerajaan Bone membantah klaim tersebut dan mempertahankan daerah itu. Dari pertempuran keduanya tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "bulu'ku mupa!" atau "masih gunung saya". Secara bertahap pengucapannya mengalami perubahan menjadi "Bulukumba".
Bulukumba menjadi rumah dari kelompok etnis yang disebut Kajang. Selama berabad-abad mereka tinggal di daerah pedalaman yang disebut Tana. Sampai hari ini, etnis Kajang masih mempraktekan tradisi kuno dan cara hidup yang mengajarkan manusia untuk mempertahankan keharmonisan dengan alam. Mereka hidup dalam kesederhanaan, tidak ada rumah-rumah yang memiliki perabotan, listrik, dan peralatan modern lainnya. Bagi etnis Kajang, modernitas dilihat sebagai nilai yang menyimpang dari aturan-aturan adat dan ajaran leluhur mereka. Sehari-harinya mereka mengenakan pakaian hitam.
Source : www.indonesia.travel
0 komentar:
Posting Komentar