21. Edgar Vos
Edgar Vos (lahir di Makassar, Hindia-Belanda (kini Indonesia), 5 Juli 1931 – meninggal di Fort Lauderdale, Amerika Serikat, 13 Januari 2010 pada umur 78 tahun) adalah seorang perancang busana Belanda. Ia belajar mode di Gerrit Rietveld Academie, Amsterdam.
Ia memulai serangkaian 15 toko pakaian butik yang dikenal sebagai Edgar Vos Boutiques.
Vos meninggal akibat serangan jantung ketika berlibur di Florida, sehari setelah masuk rumah sakit akibat penyakit yang diduga pneumonia.
Ia meninggalkan seorang pasangan, Geert Eijsbouts.
22. Eduardus Cornelis William Neloe
Eduardus Cornelis William Neloe (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 7 November 1944; umur 66 tahun) adalah seorang bankir Indonesia.
Lulusan Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi di Universitas Krisnadwipayana (1968), Neloe kemudian menghabiskan sekitar 30 tahun berkarier di Bank Dagang Negara. Di bank tersebut, ia terakhir menjadi direktur (1991-1998). Dari Mei 2000 hingga Mei 2005 ia menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri.
Pada 2005 ia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Bank Mandiri yang merugikan negara Rp 160 miliar. Ia kemudian dibebaskan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Februari 2006 karena ditemukan tidak bersalah. Namun demikian, dalam tingkat kasasi, Mahkamah Agung (MA) dalam rapat terbuka 13 September 2007, menjatuhkan hukuman kepadanya serta Direktur Risk Management, I Wayan Pugeg, dan Direktur Corporate Banking M. Sholeh Tasripan masing-masing 10 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan.
23. Edwin Lau
Edwin Handoyo Lau atau yang lebih dikenal Edwin Lau (lahir di Ujung Pandang, 16 November 1982; umur 28 tahun) adalah model, dan koki Indonesia. Ia mengawali karinya sebagai koki di Sakana Japanese Restaurant, magang, sejak tahun 2001. Dan awal karir modelnya sejak ia menjadi finalis majalah pria Men's Health di tahun 2006.
Profil
Sebagai juru masak
Edwin tidak memiliki latar belakang sebagai koki. Ayahnya seorang kontraktor, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Edwin awalnya juga tak pandai memasak. Tapi ketekunan sekaligus keyakinan untuk menekuni bidang ini membuka pintu-pintu kesuksesan.
Edwin mulai terjun dan jatuh cinta pada dunia kuliner ketika kuliah D-3 di Jurusan Perhotelan Pariwisata Akademi Pelita Harapan. Saat kuliah, dia sempat magang di Sakana Japanese Restaurant, Jakarta. Dia lalu menjadi koki di The Ritz-Carlton Bali dan Grand Hyatt Jakarta. Dari riwayat kariernya, dia banyak menangani masakan Jepang. Dalam perjalanannya, Edwin kemudian memutuskan untuk menjadi healthy chef. Kemudian ia belajar tentang nutrisi di Food and Drug Administration (FDA).
Karier model
Kariernya menanjak cepat ketika menjadi finalis Men's Health Be Our Cover pada 2006. Bentuk tubuhnya yang kekar dan sehat memperkuat citranya sebagai koki makanan sehat. Ia gemar olahraga sejak kecil. Edwin punya pola makan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Makanannya dikukus atau dipanggang, tidak pakai garam, minyak, gula, dan bumbu. Perubahan pola makan itu terjadi ketika ia sadar bahwa ada sejumlah anggota keluarganya yang terkena penyakit gula dan kanker. Itu juga memberi nilai positif untuk bidang yang dipilihnya.[1]
Kemudian ia mengikuti kontes bertaraf nasional, Mister Indonesia ditahun 2007. Ia meraih posisi sebagai juara ketiga dan juga penghargaan khusus sebagai Photogenic Awards. [2][3]
Pendidikan
- SMA Tarakanita Pluit, Jakarta
- D-3 Pariwisata Akademi Pelita Harapan (2000-2003)
Karier
- Sakana Japanese Restaurant, Jakarta (2001-2002)
- The Ritz Carlton, Bali (2002-2003)
- Grand Hyatt Jakarta (2003-2007)
Prestasi
- Finalis Men's Health Be Our Cover 2006
- Runner-up II Mister Indonesia 2007
Karya
- Kontributor Men's Health Indonesia (rubrik Kiat Sedap)
- Kontributor Cosmo Man Indonesia (rubrik fitness & nutrition)
- Healthy Express: Super Sehat dalam 2 Minggu - Gramedia
Acara Televisi
Iklan
24. George Toisutta
Jenderal TNI George Toisutta (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 1 Juni 1953; umur 58 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak tanggal 29 November 2009 hingga 30 Juni 2011. Sebelumnya ia menjabat sebagai Panglima Kostrad yang menjabat sejak 2007 hingga tahun 2009 dengan menggantikan Erwin Sudjono.[1] Ia lulus dari Akademi Militer, Magelang pada tahun 1976. Pada tanggal 9 Nopember 2009, Letnan Jenderal TNI George Toisutta dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggantikan Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, S.IP. sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
25. Gotfried Coenraad Ernst van Daalen
Gotfried Coenraad Ernst van Daalen (lahir di Makassar, 23 Maret 1863 – meninggal di Den Haag, 22 Februari 1930 pada umur 66 tahun) adalah tokoh militer Belanda.
Van Daalen amat dikenal atas tindakannya di Aceh, ketika penduduk Tanah Gayo dan Alas banyak dibantai dan semasa menjabat sebagai gubernur militer di sana. Saat tindakannya banyak diketahui pers di Belanda, Van Daalen harus mengundurkan diri.
Biografi
Van Daalen adalah putera Gotfried Coenraad Ernst van Daalen Tua, seorang kapiten dalam Perang Aceh Kedua. Selulus HBS pada usia 16 tahun, ia meneruskan pendidikan ke Koninklijke Militaire Academie di Breda sebagai kadet kesatuan artileri di Hindia-Belanda.
Pada tahun 1888, Van Daalen dipindahtugaskan ke Aceh, yang sudah bertahun-tahun bergolak perang. Atas keberaniannya selama pertempuran di Kuta Tuanku, ia dianugerahi Militaire Willems-Orde kelas IV. 11 tahun kemudian, Van Daalen ditugaskan mengadakan kontak politik dengan tetua dan penduduk Aceh.
Pembantaian di Tanah Gayo dan Alas
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembantaian Tanah Gayo, Alas, dan Batak
Pada tahun 1904, Van Daalen diperintahkan untuk 'mendamaikan' dan mematahkan perlawanan ke Tanah Gayo dan Alas dengan diperkuat oleh 10 brigade maréchaussée. Ekspedisi itu berawal pada tanggal 8 Februari 1904 dan berlangsung hingga tanggal 23 Juli di tahun itu juga.
Penugasan itu terdiri atas beberapa bagian, yang terpenting:
- Di Gajo-Loeös, perlawanan harus dipatahkan, 12 penghulu didatangkan bersama-sama, mengakhiri saling berperang, pilihan acak keujeuroen (kepala daerah) harus diakhiri dan mantan penjabatnya harus dijamin kedudukan dan kekuasaannya;
- Di Tanah Alas, perlawanan juga harus dipatahkan;
- Akhirnya kedatangan di Tanah Batak Karo dan Pakpak untuk mencari elemen musuh.
Ekspedisi yang memakan waktu 163 haru itu berubah menjadi pembantaian penduduk setempat. Dalam waktu 5 bulan, di pihak lawan 2.902 pria tewas, ditambah dengan 1.159 wanita dan anak-anak. Ekspedisi itu mengantarkan Van Daalen menjadi komandan dalam Militaire Willems-Orde pada tanggal 14 September 1904.
Gubernur militer Aceh
Pada tanggal 6 Mei 1905, Van Daalen ditunjuk sebagai Gubernur Aceh dan Sekitarnya meskipun oleh Dewan Hindia, dan pada tahun 1903 oleh Christiaan Snouck Hurgronje yang kecewa terutama karena rasa jijik Van Daalen kepada pribumi, kurangnya kebijaksanaan dan juga melanggar prinsip-prinsip pemerintahan dan hukum. Hendrikus Colijn juga berpikir bahwa Van Daalen tak memiliki kecakapan pemerintahan sipil, dan menulis: "Sekalipun ia tidak harus dari kita, seperti suku Aceh dan pribumi lainnya, yang memerlukan kehormatan, ia masih membutuhkan para ahli yang merasa ngeri bila saya tak dapat membuktikan." Walau demikian, ia mengetahui bahwa pengalaman Aceh yang penting untuk jabatan ini merupakan persyaratan yang sulit ditemukan dari Van Daalen. Selain itu, waktu tidak cukup matang untuk adanya gubernur sipil. Menteri Jajahan Idenburg juga melihat Van Daalen lebih baik tidak menjadi gubernur Aceh, melainkan menjadi komandan pasukan. Joannes Benedictus van Heutsz mengakui bahwa Van Daalen "kadang-kadang kasar dan keras, ketat dan semena-mena dalam aksinya", namun ia juga dapat melindungi dan memaafkan.
Di masa jabatannya, perlawanan menurun meskipun bukan berarti padam sama sekali. Pada tanggal 1907 sebuah artikel yang ditulis oleh seseorang dengan nama samaran Wekker (WA. van Oorschot) berjudul Hoe beschaafd Nederland in de twintigste eeuw vrede en orde schept op Atjeh (Bagaimana Beradabnya Belanda di Abad ke-20 dalam Menciptakan Perdamaian dan Ketertiban di Aceh) muncul di surat kabar De Avondpost terbitan Den Haag, yang mengungkap penyalahgunaan wewenang di Aceh, karena sampai tahun 1907, Van Oorschot bertugas sebagai lettu di marechaussee, sehingga sebuah buku akan dipublikasikan. Jadi, dinas bawahan yang dibawa ke Aceh kelewat keras, sebab karena sebuah pelanggaran kecil hukuman diberlakukan, pribumi disiksa, informan dibunuh, miskinnya moril pasukan dengan menggunakan peluru dumdum. Wekker menjelaskan kebrutalan terjkadi karena ketidakcakapan pasukan. Penerbitan ini menimbulkan perdebatan sengit di Tweede Kamer dan akhirnya hingga penyelidikan yang dilakukan oleh GubJend. Van Heutsz terhadap kebijakan di Aceh yang mengakibatkan Van Daalen harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Pada bulan Oktober 1907, hubungan antara Van Heutsz dan Van Daalen masih tetap baik. Van Heutsz mendukung gubernur di tengag-tengah rumor yang meliputi Den Haag dan pers Belanda. Maka ia menulis: "Dari pembicaraan para anggota parlemen, setidaknya Anda perlu merasa terhina dan menteri yang sekarang bereaksi sedang takut pada anggota parlemen dan hanya dapat bersaksi atas wataknya." Menteri Jajahan Dirk Fock juga selalu membela. Namun hal itu menyebabkan Tweede Kamer semakin menyerukan penyelidikan di tempat atas tindakan Van Daalen.
Di bawah tekanan Fock, Van Heutsz, Van Heutsz melanjutkan sendiri penyelidikan dan di akhir bulan November bertolak ke Aceh bersama dengan komandan pasukan Marinus Bernardus Rost van Tonningen. Di sana, penyelidikan atas tindakan pasukan dilakukan oleh M.B. Rost van Tonningen, sementara Van Heutsz mengurusi bagian sipil dari penyelidikan untuk laporannya.
Pada tanggal 24 Desember, Van Heutsz memberikan surat setelah memberikan pernyataan sehingga atas pandangannya mengenai pemerintahan sipil Van Daalen gagal: "Sadar atau tidak, kesalahan penafsiran prinsip utama yang saya bangun menurut pengalaman saya sebagai gubernur, dipandang perlu dan efektif untuk kepuasan bertahap dari keadaan di Aceh setelah dihentikannya tindakan agresi militer, beberapa gagasan atas tujuan kami telah banyak mencemaskan saya." Kemudian diikuti daftar masalah yang harus diubah. Jadi, kepala keluarga mereka dipenjarakan sebagai paksaan untuk mencapai tujuan di masa akan datang, juga atas pengurangan pendapatan dan pengenaan sanksi politik. Selain itu, para kepala perlu membawa senjata dan kalau perlu sejumlah pengikut bersenjata.
Tak lama kemudian, Van Daalen meminta pembebastugasan dirinya dari kedudukannya sekarang, yang terpenuhi pada tanggal 4 Mei 1908.
Kehidupan selanjutnyua
Antara tanggal 13 Juni 1910 hingga 2 April 1914, Van Daalen diangkat sebagai komandan berpangkat letnan jenderal dan kepala Departemen Perang. Ia meninggal dalam usia 67 tahun di Den Haag.
Perjalanan karier
- 1883: Letnan dua
- 1888: Letnan satu
- 1894: Kapiten
- 1901: Mayor
- 1903: Letnan kolonel
- 1905: Kolonel
- 1907: Mayor jenderal
- 1909: Letnan jenderal
Penghargaan
- Komandan di Militaire Willems-Orde.
- Saber Kehormatan
- Ksatria di Orde Singa Belanda.
- Salib untuk operasi militer istimewa dengan gesper: Aceh 1873-1896, Aceh 1896-1900, Tanah Gayo dan Alas 1904, Aceh 1901-1905 dan Atjeh 1906-1910.
- Salib untuk dinas kesetiaan sebagai perwira dengan tingkat (30).
- Ksatria kelas I dalam Orde Jasa Mahkota Prusia.
26. Hamka Hamzah
Hamka Hamzah (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 29 Januari 1984; umur 27 tahun) adalah mantan bek Persija Jakarta yang saat ini bermain di Persipura jayapura. Hamka Hamzah adalah anggota tim nasional sepak bola Indonesia. Walau Hamka berposisi sebagai bek, ia pernah juga dipasang menjadi striker murni dan selalu mengenakan nomor punggung 23.
27. Harifin Andi Tumpa
Harifin Andi Tumpa (lahir di Soppeng, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1942; umur 69 tahun) adalah Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia periode 2009 hingga saat ini. Ia terpilih sebagai Ketua MA menggantikan Bagir Manan pada 15 Januari 2009 dengan mendapatkan 36 dari 43 suara[1].
Pendidikan hukumnya diperoleh dari Sekolah Hakim dan Djaksa di Makassar pada 1959-1963, kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar lulus tahun 1972, pascasarjana Universitas Leiden 1987, dan Magister Hukum di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta tahun 1998-2000[2]. Kemudian, ia berkarier menjadi hakim di berbagai Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di berbagai daerah.
28. Hendra Ridwan
Hendra Ridwan (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 1 Desember 1984; umur 26 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini Hendra bermain untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia, sebelumnya ia memperkuat Arema Indonesia. Hendra Ridwan salah satu pemain timnas U-23 Sea Games 2007. Hendra Ridwan biasa berposisi sebagai gelandang bertahan.
Perjalanan karier
Klub
- Persim Maros
- PKT Bontang
- Pelita Jaya
- Persmin Minahasa
- Arema
- Persipura Jayapura
- PSM Makassar
- Arema
- Persib
Timnas
- PSSI U-23 (2006-2008)
Gelar
- Runner up Liga Super Indonesia 2009/2010 bersama Persipura jayapura
- Runner up Liga Super Indonesia 2010/2011 bersama Arema Indonesia
29. Ilham Arief Sirajuddin
Ir. Ilham Arief Sirajuddin, MM (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 16 September 1965; umur 46 tahun) adalah Walikota Makassar, Sulawesi Selatan untuk periode 2004-2009 dan 2009-2014, yang juga menjabat sebagai Ketua Partai Golkar Kota Makassar untuk periode 2001-2009. Pada tahun 2009-2011 Dia memenangkan musyawarah Partai Golkar untuk daerah tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.Pada tahun 2010 Dia keluar dari Partai Golkar, dan menjadi incaran seluruh Partai-Partai besar di Indonesia, seperti Demokrat PDIP PKS Hanura dan Gerindra. Ia juga merupakan manajer dan ketua umum tim sepak bola PSM Makassar, yang juga menjadi Tim kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan dan Tim sepak bola tertua di Indonesia. Ilham Arief Sirajuddin adalah putra H. M. Siradjuddin, mantan Bupati/Walikota DUA PERIODE Kabupaten Gowa. Ia menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di Kota Makassar, melanjutkan SMA-nya di Kota Bandung, sebelum akhirnya kembali ke Makassar untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Hasanuddin dan Universitas Muslim Indonesia. Sekarang beliau sedang melanjutkan S3 atau DR nya di Universitas Negeri Makassar.
Data diri
Data keluarga
- Hj. Aliyah Mustika Abdullah, SE; Makassar 30 Maret 1969 (Istri)
- Amirul Yamin Ramadhansyah, Sungguminasa, 17 Februari 1994 (Anak)
- Zulfikar Nur Alamsyah, Sungguminasa, 14 November 1995 (Anak)
- Siti Hamsinah Haeratunnisa, Makassar, 1 November 1997 (Anak)
- Siti Mukhlizathul Amalia, Makassar, 10 November 2001 (Anak)
Riwayat pendidikan
- SDN Mangkura Makassar
- SMP Negeri 6 Makassar
- SMA Negeri 7 Bandung
- S-1 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar
- S-2 Magister Manajemen Universitas Muslim Indonesia Makassar
- S-3 Doctor of Philosophy Universitas Negeri Makassar Makassar (Sementara berjalan)
Karier
Karier politik
- Wakil Bendahara DPD II Golkar Makassar (1992 – 1997)
- Ketua Biro Pemuda dan Olahraga DPD I Golkar Sulawesi Selatan (1998 - 2001)
- Ketua DPD. Partai Golkar Kota Makassar (2001 – 2009)
- Anggota DPRD Sulawesi selatan (1999-2004)
- Ketua Kompartemen Koperasi KADIN Sulsel (1999 – Sekarang)
- Walikota Makassar (2004-2009)
- Walikota Makassar (2009-2014)
- Ketua Golkar DPD I Sulawesi Selatan (2009-2011)
- Ketua DPD I Partai Demokrat Sulawesi-Selatan (2010-2015)
- Deklarator Nasional Demokrat
- Ketua Nasional Demokrat Sulawesi-Selatan (2010-Sekarang)
Karier lainnya
- Direktur (1992-1999) Komisaris (1999-2004) presiden komisari(2004- sekarang) PT.Mustika Pratama Persada
- Sekretaris Umum REI Sulsel (1995 – 1999)
- Pengelola PSM Makassar (1995 – sampai waktu yang belum ditentukan)
- Ketua Harian AMPI Sulsel (2000 – sampai waktu yang belum ditentukan)
- Ketua Ikatan Alumni (IKA) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
- Anggota Kehormatan Sabuk Hitam Inkanas Forki Makassar
- Anggota Makassar Tiger Club sulawesi selatan
- Pembina PBVSI Kota Makassar Sulsel
- Ketua Harley Davidson Sulawesi Selatan (2010-2013)
Penghargaan
- Walikota terbebas Korupsi (2007)
- Kota berprestasi Oleh Menteri Keuangan (2009)
- Kota Sehat Oleh Menteri Kesehatan (2009)
- Satya Lencana Pembangunan (2010)
- Satya Lencana Wirakarya (2010)
- Pemenang IMP (Inovasi Manajemen Perkotaan) (2011)
- Walikota Penggerak Koperasi (2011)
== Penghargaan Bintang
- Bintang Jasa Utama (2011)
30. Ismi Azis
Setia Ismiati Aziz (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 27 November 1965; umur 45 tahun) yang lebih dikenal sebagai Ismi Azis adalah penyanyi Indonesia yang melejit di awal tahun 1990-an.
Karier
Ismi sebenarnya telah rekaman sejak pertengahn tahun 1980-an, namun lagu-lagunya lebih populer di radio sedangkan penjualan albumnya biasa-biasa saja. Awalnya, putri direktur TVRI di era tahun 1980-an, Azis Husein, ini mulai dikenal lewat lagunya "Untukmu Sayang". Namanya melejit setelah merilis album Hanya Satu (1994) dengan hits "Kasih" ciptaan Irianti Erning Praja bersama musisi Perancis, Noam Kaniel. Album Hanya Satu ini merupakan repackaged dari album Basa Basi (1990). Mengiringi sukses album Hanya Satu, Ismi kembali merilis Aku Rindu (1994).
Diskografi
- Untukmu Sayang (1988)
- Basa Basi (1990)
- Hanya Satu (1994)
- Aku Rindu (1994)
- Cinta Kita (1995)
Source Wikipedia
0 komentar:
Posting Komentar